h_earth

ketumpulan hati, kegersangan jiwa, kejenuhan dalam menjalani kehidupan... sesungguhnya berakar pada kedangkalan ibadah orang yang bersangkutan kepada Allah. (Rahmat Abdullah)

Wednesday, September 06, 2006

Self Motivation

4 my dear friends esp. in CSUI..

Temen-temen mungkin pernah denger sebuah ungkapan :
“You cannot change the wind direction. You can only change your wings direction”
Yup, seperti kata seorang dosen Fasilkom, bahwa dalam hidup ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Adalah di luar kendali kita jika misalnya suatu saat ada orang yang menabrak kita sampai buku-buku yang sedang kita bawa berjatuhan. Yang bisa kendalikan adalah cara kita menyikapinya : mau marah-marah or stay calm dan memaafkan orang itu.
Ya, kita hanya bisa mengendalikan diri sendiri. Pilihannya, kita mengendalikan diri untuk melihat dan menyikapi suatu hal dari sisi positif atau negatif?

Mari tengok sebentar kondisi kita sekarang. Kuliah semester ganjil 2006/2007 sudah dimulai. Bagaimana kita menyikapinya?
”Kuliah lagee? Cape deh.. Pergi pagi pulang malem. Belom lagi ntar tugas-tugas bejibun. Deadline lagi deadline lagi...”
atau
”Alhamdulillah..bisa kuliah lagi! Semangat ah..nggak boleh ada yang disia-siakan dari nikmat ini! Semester ini harus bisa lebih baik dari yang kemaren-kemaren!”

Dua sikap yang berbeda, padahal hal yang disikapinya sama. Lalu gimana nasib orang yang memandang kuliah dari sisi negatifnya aja : susahnya materi kuliah, capek dan ribetnya ngerjain tugas? Bandingin dengan orang yang memandangnya dari sisi positif : kuliah ini suatu nikmat yang nggak bisa didapet semua orang, sekarang aku yang udah dapet nikmat ini nggak boleh menyia-nyiakannya.

Tentu cara pandang ini akan mempengaruhi caranya menjalani kuliah dan sukses enggaknya dia dalam kuliah. Apa yang kita tanamkan dalam pikiran akan mempengaruhi bagaimana kita bertindak. Kata orang-orang : you are what you think.

Coba deh, misalnya sehabis kuliah dan beraktivitas kita pulang ke rumah. Karena capek, banyak kerjaan, banyak masalah dan sebagainya, kita pulang dengan muka ditekuk, lemes nggak bersemangat, dan mengeluh-ngeluh. Lalu saat lagi lemes bagitu tiba-tiba adik kita bilang : ”Kak, tadi ada yang ngirimin bingkisan tuh. Katanya sih isinya honor kakak nulis di majalah”. ”Hah? Yang bener? Mana? Mana?” langsung deh ngacir secepat kilat untuk buka bingkisannya. Hoho... artinya apa? Ternyata dalam kelemesan yang ditampakkan, sebenarnya di dalam diri masih ada kekuatan. Tinggal bagaimana sikap kita. Apa yang mau kita katakan pada diri sendiri : ”Aduh... pusing banget nih. Capek ah.. Nggak sanggup ngapa-ngapain lagi deh..” atau ”Meskipun capek, tapi aku masih kuat! Pasti kuat! Harus bisa!”

Jadi, ternyata kita sendirilah yang harus memotivasi diri sendiri. Mau mengharapkan orang lain? Doo... ngarep! Hehe.. Ya, untuk saat-saat tertentu mungkin bisa. Karena kita juga butuh orang lain yang bisa mengingatkan kala kita lupa. Tapi motivasi terbesar itu harus datang dari diri sendiri. Karena kalau enggak, berarti kita tidak bergerak dengan kesadaran atau bisa dibilang terpaksa.

Mari pancangkan tekad di awal semester ini. Bangun semangat baru. Persiapkan sebaik mungkin. Tuliskan hal-hal yang bisa memotivasi kita. Tuliskan apa alasan kita kuliah di Fasilkom. Tuliskan bahwa tugas-tugas yang berat tidak akan kita sikapi dengan keluhan. Tuliskan bahwa kita harus berada di garis terdepan dalam prestasi dan kebaikan. Tuliskan...tuliskan... jangan cuma dipikirkan. Kalau suatu saat kita ”down”, baca lagi tulisan itu. Dan segera bangkit, karena waktu tidak menunggu...
Jika waktu adalah pedang, maka menunda-nunda berarti bunuh diri…
(he.. serem amat)

Tentukan sikap, jangan setengah-setengah. ”Nanti gimana kalo ada tugas n deadline numpuk. Nanti saya setress, nanti saya nggak bisa ngerjain amanah yang lain” Hohoho... no negative thinking please.. instead of saying that, say that “Kalo ada tugas n deadline numpuk, nggak akan saya bawa stress. Saya akan mengerjakannya dengan senang hati. Karena sesungguhnya itu semua demi kebaikan saya. Kalopun nanti hasilnya nggak sesuai harapan, nggak apa-apa. Saya hanya harus berusaha yang terbaik yang saya bisa. Itu bukan gagal namanya. Yang namanya gagal itu bukan karena nggak lulus ujian atau nggak bisa ngerjain tugas. Yang namanya gagal itu kalau saya putus asa.”
So, siap melakukan yang terbaik? Harus! Mari saling mengingatkan dan saling membantu sesama saudara...

Tanamkan pada diri:
“DIA BISA, MAKA SAYA JUGA BISA”
“SEMAKIN KITA BISA DAN FAHAM, SEMAKIN BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home